RocketCityLaunch.org – Sejak manusia pertama kali menginjakkan kaki di Bulan pada tahun 1969, banyak orang yang bermimpi untuk kembali dan menjelajahi permukaan satelit alami Bumi tersebut. Dengan kemajuan teknologi luar angkasa, rencana untuk kembali ke Bulan kini menjadi kenyataan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, roket yang tepat sangat diperlukan. Jadi, roket apa yang digunakan untuk kembali ke Bulan? Artikel ini akan membahas berbagai roket yang sedang dikembangkan atau digunakan dalam misi kembali ke Bulan, termasuk Space Launch System (SLS) dari NASA, serta peran penting roket dalam menjadikan misi ini sukses.
Mengapa Kembali ke Bulan?
Setelah misi Apollo berakhir pada 1972, eksplorasi Bulan sempat terlambat untuk dilanjutkan. Namun, dengan kemajuan dalam teknologi dan meningkatnya minat untuk melakukan penelitian ilmiah, serta rencana untuk kolonisasi Mars, NASA dan berbagai negara serta perusahaan swasta kini kembali mengarahkan perhatian mereka pada Bulan.
Program Artemis milik NASA, yang bertujuan untuk membawa manusia kembali ke Bulan, adalah tonggak penting dalam upaya ini. Program ini bertujuan untuk mengirimkan astronot ke Bulan pada pertengahan dekade 2020-an dengan tujuan untuk membangun basis lunar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dan persiapan untuk perjalanan lebih jauh ke Mars.
Space Launch System (SLS): Roket Utama NASA untuk Misi Kembali ke Bulan
Roket utama yang digunakan untuk misi Artemis dan kembali ke Bulan adalah Space Launch System (SLS), roket peluncur super besar yang sedang dikembangkan oleh NASA. SLS dirancang untuk mengangkut astronot dan peralatan ke orbit Bumi rendah (LEO) dan lebih jauh lagi ke orbit lunar.
Fitur dan Kapabilitas SLS:
- Kapasitas Payload: SLS memiliki kemampuan untuk membawa lebih dari 130 ton muatan ke orbit rendah Bumi (LEO), yang menjadikannya salah satu roket terbesar yang pernah dibuat. Kemampuan ini memungkinkan SLS untuk membawa berbagai macam peralatan, modul, dan astronot untuk misi luar angkasa, termasuk misi ke Bulan.
- Kekuatan dan Daya Dorong: Dengan menggunakan mesin RS-25 dan Solid Rocket Boosters (SRBs), SLS mampu menghasilkan daya dorong yang sangat besar, menjadikannya roket yang sangat kuat untuk misi yang lebih ambisius, seperti misi kembali ke Bulan dan perjalanan ke Mars di masa depan.
- Modular: SLS juga didesain untuk fleksibel, memungkinkan untuk peluncuran berbagai jenis muatan dan bahkan dapat disesuaikan untuk berbagai jenis misi luar angkasa.
Orion Crew Vehicle: Modul yang Mengantarkan Astronot ke Bulan
Sementara SLS adalah roket yang membawa muatan ke luar angkasa, Orion Crew Vehicle adalah modul yang akan digunakan untuk mengangkut astronot dalam perjalanan mereka ke Bulan. Setelah diluncurkan oleh SL – Sbobet, Orion akan meluncur menuju Bulan dengan membawa astronot yang akan mendarat di permukaan Bulan, serta melakukan penelitian ilmiah yang penting.
Orion juga dirancang untuk bertahan dalam perjalanan jauh di luar angkasa dan memberikan sistem keamanan dan kenyamanan bagi astronot. Desainnya termasuk sistem pendorong darurat dan kemampuan untuk kembali ke Bumi setelah misi selesai.
Peran Roket Falcon Heavy dan Perusahaan Swasta
Selain NASA, beberapa perusahaan swasta juga berperan dalam misi ke Bulan. Salah satu roket swasta yang mungkin digunakan untuk misi ke Bulan adalah Falcon Heavy dari SpaceX. Roket ini, yang pertama kali diluncurkan pada 2018, adalah roket terbesar yang pernah dikembangkan oleh SpaceX dan memiliki kapasitas untuk membawa lebih dari 60 ton muatan ke orbit rendah Bumi (LEO). Walaupun Falcon Heavy saat ini lebih sering digunakan untuk pengiriman satelit dan kargo, kemampuan roket ini bisa menjadi pilihan untuk misi pengiriman peralatan atau eksperimen ke Bulan.
SpaceX juga sedang mengembangkan roket Starship, yang direncanakan untuk digunakan dalam misi penjelajahan Bulan, Mars, dan ruang angkasa lebih jauh lagi. Starship, yang sepenuhnya dapat digunakan kembali, bisa menjadi game-changer dalam eksplorasi luar angkasa berawak. Starship direncanakan untuk terlibat dalam misi Parlay Artemis dan bisa digunakan untuk mengangkut astronot ke Bulan di masa depan.
Roket-Roket Lain yang Terlibat dalam Misi Kembali ke Bulan
Selain SLS dan Falcon Heavy, ada beberapa roket lainnya yang dapat digunakan dalam misi ke Bulan, baik oleh negara maupun perusahaan swasta. Berikut beberapa roket lainnya yang berpotensi terlibat:
Long March 5B (China)
China juga berencana untuk mengirimkan astronot ke Bulan dalam beberapa tahun mendatang. Roket Long March 5B, yang diluncurkan oleh China National Space Administration (CNSA), adalah salah satu roket terbesar yang dimiliki China dan dapat digunakan untuk misi eksplorasi Bulan.
GSLV Mk III (India)
India melalui program Chandrayaan dan misi Gaganyaan juga sedang mengembangkan roket besar untuk mendukung misi luar angkasa mereka, termasuk misi ke Bulan. GSLV Mk III adalah roket andalan judi bola India yang digunakan untuk mengirimkan satelit dan bisa dikembangkan untuk misi luar angkasa lebih lanjut.
Menanti Kembalinya Manusia ke Bulan
Kembali ke Bulan bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan kemajuan teknologi roket dan sistem luar angkasa, misi ini semakin mendekati kenyataan. Roket Space Launch System (SLS) dari NASA akan menjadi roket utama dalam misi Artemis yang bertujuan untuk mengirimkan manusia kembali ke permukaan Bulan. Selain itu, roket dari perusahaan swasta seperti SpaceX Falcon Heavy dan Starship juga bisa memainkan peran penting dalam membuka era baru eksplorasi luar angkasa.
Dengan berbagai roket yang siap digunakan, masa depan eksplorasi Bulan dan luar angkasa semakin cerah. Misi ini tidak hanya akan membuka jalan untuk memahami lebih dalam tentang Bulan, tetapi juga sebagai langkah penting untuk menjelajahi planet lain, seperti Mars. Seiring berkembangnya teknologi dan semakin banyak negara yang berpartisipasi dalam eksplorasi luar angkasa, kemungkinan besar Bulan akan menjadi titik awal bagi manusia untuk menjelajahi alam semesta yang lebih luas.
Baca Juga : Evolusi Roket: Dari V-2 hingga Falcon Heavy
Leave a Reply